Sebuah surat kepada Ara..
Surat ini kutulis untuk diriku. Insya Allah panjang umur 5, 10, 20 hingga 30 tahun kemudian buka lagi sering-sering dibaca kembali, semoga kamu masih sama.
Arabia
22 tahun, semuda itu saya merangkul ransel dari Makassar seorang diri menuju
ibu kota. Modal nekad, dukungan teman dan doa ibu, saya mendaftar menjadi
analis hukum di Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia yang notabene nantinya berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Lalu 2 Februari 2015, Lulus murni setelah melewati persaingan yang ketat, usahamu dipeluk Tuhan. selamat Ara !
Pengembangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia yang notabene nantinya berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Lalu 2 Februari 2015, Lulus murni setelah melewati persaingan yang ketat, usahamu dipeluk Tuhan. selamat Ara !
Kata
orang masuk kedalam sistem yang rusak melunturkan idealisme, menggadaikan
prinsip dan bahayanya bisa jadi mengkhianati diri sendiri. Saya takut !
Ingat,
kamu benci kan ? para oknum PNS yang kerja fiktif itu ? PNS yang mejeng dijam
kantor, yang hanya main game dikantor dan lalai bekerja, yang banyak perjalanan
dinasnya tapi gak jelas hasilnya dan yang lebih parahnya mengambil apa yang
bukan menjadi haknya, yang korup. Dampak
gaya hidup PNS yang begitu kamu lihat sendirikan ? bagaimana banyaknya orang
lain menebusnya dengan hidup di jalanan.
Besok mungkin kamu mencapai posisi yang tinggi dan semakin tinggi. Saya takut kamu nanti tidak menakar dosis pujian untuk ditelan, lalu lupa menasehati diri dalam sepi. Ara, ingat pekerjaanmu bukan dirimu. Sejak awal, manusia tidak pernah menjadi sebenar-benar pemilik untuk apapun itu. Amanah, berani jujur walau pahit, selalu begitu.
Besok mungkin kamu mencapai posisi yang tinggi dan semakin tinggi. Saya takut kamu nanti tidak menakar dosis pujian untuk ditelan, lalu lupa menasehati diri dalam sepi. Ara, ingat pekerjaanmu bukan dirimu. Sejak awal, manusia tidak pernah menjadi sebenar-benar pemilik untuk apapun itu. Amanah, berani jujur walau pahit, selalu begitu.
Salemba,
5 Februari 2015.
Ara
Tidak ada komentar
Posting Komentar